Kamis, 12 Desember 2013

Fase-Fase Dalam Daur Hidup Ikan

Oleh :
Mauluddin Agus
Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan,   Fakultas Perikanan,   Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru 70714, Kalimantan Selatan, Indonesia

Perhatian terhadap Biologi Perkembangan Ikan mempunyai beberapa alasan mendasar, yaitu :  (1) Faktor penentu rekrutmen terhadap perikanan komersial yang dioperasikan sejak tahap awal kehidupan ikan;  (2)  Tingkat teknologi yang dihasilkan dalam praktik akuakultur hingga dapat diperoleh tingkat produksi ikan seacara massal, termasuk benih ikan;  dan (3)  Jumlah spesies yang dibudidayakan dalam wadah yang terkontrol lebih terbuka peluangnya untuk bertambah.  Penguasaan pengetahuan ini mempunyai implikasi positif terhadap perbaikan teknik pembenihan yang memungkinkan dapat dilakukaannya penyediaan benih secara massal apabila telur yang telah dibuahi (fertilized eggs) tersedia tanpa tergantung lagi pada benih alam.  Pemahaman pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemijahan ikan juga memegang peranan penting dalam pengaturan (manipulasi) waktu pemijahan yang memungkinkan larva dapat disuplai sepanjang tahun.



Daur hidup ikan secara garis besar umumnya terdiri dari 6 (enam) fase berikut :  (1) eggs (telur);  (2) larval;  (3) fry;  (4) juvenile;  (5) adult (dewasa dengan goanada berkembang);  dan (6) spawner (dewasa yang sedang memijah) (Gambar 1).  Namun dalam bahasan fase biologis yang detil tentu tidak sesederhana itu, dimana setiap fase terdiri dari tahapan proses dan mekanisma yang rumit, dan melibatkan sejumlah faktor internal (fisiologis) dan eksternal (lingkungan) yang sangat berperan dalam menunjang jalannya proses perkembangan ikan mulai dari telur dan embrio hingga menjadi ikan betina dewasa yang mengeluarkan telur matang siap dibuahi (ova), atau telur jantan yang menghasilkan spermaotozoid untuk membuahi telur.


(1)  Fase Telur

Telur (ova) yang telah berhasil dibuahi (fertillized eggs) mungkin dapat disepakati sebagai awal daur hidup individu ikan, karena dari fase ini ciri-ciri kehidupan suatu individu organisma telah dimulai dari sini, yakni berlangsungnya proses metabolisma, pembelahan dan perbanyakan sel, pembentukan jaringan dan organ tubuh, hingga pembangunan tubuh individu organisme yang siap dikeluarkan dari dalam cangkang telurnya.  Proses keluarnya individu muda dari dalam cangkang telur tempat embrio tersebut tumbuh dan berkembang selama masa inkubasi disebut dengan menetas (hatching). Terminologi hatch, ini yang menjadi asal kata hatchery yang sekarang dikenal sebagai panti pembenihan ikan atau udang.




Rabu, 04 Desember 2013

Telur, Pemijahan, Pembuahan dan Perkembangan Embrio









Oleh :

Mauluddin Agus
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,  Fakultas Perikanan,  Universitas Lambung Mangkurat,Banjarbaru 70714, Kalimantan Selatan, Indonesia.




A.  Telur (Eggs)

Dalam tubuh induk ikan betina, telur-telur ditempatkan dan berkembang di dalam gonada betina yang disebut ovarium. Sedanmgkan  spermatozoid dan pada ikan jantan ditempatkan di dalam testes.











B.   Pemijahan

Memijah mengacu pada telur dan sperma yang dilepaskan atau dideposisi, biasanya ke air, oleh hewan akuatik.  Sebagai sebuah kata kerja, memijah mengacu pada proses pelepasan telur dan sperma, juga disebut spawning.  Sejumlah besar hewan akuatik, kecuali sebagian Mamalia akuatik, bereproduksi melalui proses pemijahan.  Memijah melibatkan sel-sel reproduksi (gamet-gamet), sebagian akan dibuahi dan menghasilkan keturunan. 

Proses pemijahan biasanya melibatkan betina yang melepaskan ova (telur yang belum dibuahi) ke dalam air, sering dalam jumlah besar, saat jantan secara bersamaan atau berurutan melepaskan spermatozoa untuk membuahi telur-telur.

Sebagian besar spesies ikan berkembang-biak melalui pemijahan, dan juga sebagian besar hewan akuatik, meliputi Curstacea seperti kepiting dan udang, Muluska seperti tiram dan cumi-cumi, Ekinodermata seperti bulu-babi dan teripang, hewan-hewan Amphibi seperti kodok dan penyu, Insekta akuatik seperti capung dan nyamuk, dan Karang (sebagian kecil yang  hewan akuatik dan bukan tumbuh-tumbuhan).  Fungi, seperti jamur, juga disebut-sebut "memijah" sebagai jaringan material putih yang mebentuk matriks dari pertumbuhannya sendiri.

Ada beberapa macam dalam mekanisma pemijahan yang ditemukan, tergantung pada perbedaan seksual dan anatomi, pada bagaimana hubungan kelamin dengan pasangannya, pada dimana dan bagaimana pemijahan dilakukan, dan pada apa dan bagaimana memijah tersebut dilakukan secara hati-hati.


(1)  Macam-macam Pola Pemijahan Pada Ikan

Balon (1981)  membagi pola pemijahan pada ikan secara garis besar menjadi 3 (tiga) katagori berdasarkan pola perilaku ikan tersebut saat ovulasi (melepaskan telurnya yang siap dibuahi dan meletakkan terlurnya selama masa inkubasi hingga menjadi larva), yakni :  tipe Non Guarders (ikan pemijah yang tidak menjaga telur dan larvanya), dan Guarders (ikan pemijah yang menjaga telur dan larvanya).  Pola-pola tersebut dapat diperincikan seperti pada sajian berikut ini.

(1.1)  Non Guarders :

Kelompok ikan ini memijah dengan melepaskan dan meletakkan terlurnya agar dibuahi oleh pejantannya, namun setelah itu telur-telur tersebut dibiarkan begitu saja sampai berkembang menjadi embrio, larva, juvenil hingga dewasa tanpa penjagaan apapun oleh induknya baik betina maupun pejantannya.  Kelompok ini terdiri dari beberapa tipe berdasarkan karakteristik tempat telur tersebut dilepaskan oleh induknya.

(1.1.1)  Open and Substratum Spawners

Kelompok ikan ini memijah dengan melepaskan atau meletakkan telurnya di tempat dan substrat yang terbuka tanpa dilindungi apapun.  Kelompok ikan ini meliputi pola-pola pemijahan berikut ini.
  
(a)  Pelagic spawners

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan begitu saja telurnya di perairan permukaan terbuka untuk dibuahi, dan berkembang lebih lanjut hingga dewasa tanpa penjagaan.

















(b)  Rock and gravels spawners with pelagic larvae 


Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan atau meletakkan telurnya di bebatuan atau kerikil, dengan larva yang pelajik.






(c)  Rock and gravels spawners with benthic larvae 

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan atau meletakkan telurnya di batuan besar atau batuan kerikil dengan larva yang bentik.

(d)   Non-obligatory plant spawners

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan atau meletakkan telurnya pada tumbuh-tumbuhan air apa saja yang ada (tidak menentu pada apa yang ada di perairan).

(f)   Obligatory plant spawners

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan atau meletakkan telurnya pada tumbuh-tumbuhan air dengan kriteria tertentu.

(g)   Sand spawners


Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan atau meletakkan telurnya pada hamparan pasir yang ada di dasar perairan.










(h)   Terrestrial spawners, in damp condotions

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan atau meletakkan telurnya di tanah terrestrial, pada kondisi yang lembab.

(1.1.2)  Brood Hiders

Kelompok ikan ini memijah dengan melepaskan atau meletakkan telurnya di tempat atau substrat yang tersembunyi dan relatif terlindung dari bahaya terutama pemangsaan oleh predator.  Kelompok ikan ini meliputi pola-pola pemijahan berikut ini.
  
(a)  Beach spawners, above waterline at high tide


Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menyembunyikan telurnya di pantai, di atas garis air pasang tertinggi.











(b)  Annual spawners, egg estivate

Jenis ikan ini memijah hanya setahun sekali, dengan telur yang diletakkan dan disembunyikan namun kemudian ditinggalkan terlantar.

(c)   Rock and gravels spawners  


Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menyembunyikan telurnya di batuan besar atau batuan kerikil.












(d)   Cave spawners

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menyembunyikan telurnya dalam gua di bawah air.

(e)   Spawners in live invertebrate

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menyembunyikan telurnya pada individu hewan-hewan invertebrata hidup.


(1.2)    Guarders

(1.2.1)   Substratum Spawners

(a)   Pelagic spawners, at surface of hypoxic waters

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan atau meletakkan telurnya di perairan permukaan terbuka, di permukaan perairan yang miskin oksigen.

(b)   Above-waters spawners, males splashes clutch

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menebarkan telurnya di dalam sarang.


(c)   Rock spawners


Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menebarkan telurnya di bebatuan.












(d)   Plant spawners


Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menebarkan telurnya di tumbuh-tumbuhan air.










(1.2.2)   Substratum Spawners

(a)   Floth/bubble nest


Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan atau meletakkan telurnya di dalam sarang yang berupa gelembung-gelembung.












(b)   Miscellaneous substratum and materials nesters

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menebarkan telurnya di dalam sarang yang terbuat dari berbagai macam mataerial atau benda yang ditemukan dikumpulkan induknya dalam air di habitatnya.

(c)   Rock and gravel nesters

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menebarkan telurnya di dalam sarang yang dibuat induknya pada bebatuan atau kerikil.

(d)   Glue-making nesters

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menebarkan telurnya di dalam sarang yang dibuat seperti perekat.

(e)   Plant material nesters

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menebarkan telurnya di dalam sarang yang dibuat dari material tumbuh-tumbuhan.

(f)   Sand nesters

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menebarkan telurnya di dalam sarang yang dibuat dari pasir.

(g)   Hole nesters

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menebarkan telurnya di dalam sarang berupa lubang yang di dasar perairan.

(h)   Anemon nesters, at based of host

Jenis ikan ini memijah dengan cara melepaskan dan menebarkan telurnya di dalam sarang berupa anemon di alas inangnya.



(2)  Bearers

(2.1)   External Bearers

(1)   Transfers brooders, egg carried before deposition

(2)   Auxiliary brooders, adhesive eggs carried on skin under fin, ets

(3)   Mouth brooders

(4)   Gill-chamber brooders

(5)   Pouch brooders

2.   Internal Beares

(1)   Facultative internal bearers, occasional internal fertilization of normally oviparous fish, eggs rarely retained long

(2)   Obligate lecithotrophic live bearers, no maternal-embryonic nutrient transfers

(3)   Matrotrophous oophagus and adelphophage, one or a few eggs developing at expense of others eggs or embryios

4)   Viviparous trophoderms, nutrition partially or entirely from female via "placental" structure

Temuan Pola Pemijahan Beberapa Jenis Ikan di Indonesia 

Pola perkembangan biakan ikan di Indonesia banyak sekali variasinya.  Beberapa spesies ikan penting yang diperdagangkan (komersial) secara alamiah berkembang biak pada musim-musim tertentu yang dipengaruhi atau dikendalikan oleh kondisi lingkungannya.  Tetapi ada ikan yang memang bunting secara terus menerus dan melahirkan setiap beberapa hari sekali, seperti julung-julung (halfbeak), Hemirhamphodon pogonognathus.  Ikan julung-julung yang   hidup di perairan tawar berkembang biak dengan cara melahirkan anaknya, tetapi anggota sukunya yang hidup di perairan laut dan payau bertelur dan mengerami telurnya (Roberts, 1989).

Variasi tingkat (perilaku) dalam pemeliharaan anak pada spesies-spesies ikan juga sangat besar .  Beberapa jenis tidak menghiraukan telurnya sama sekali setelah pembuahan berlangsung, namun beberapa lainnya jenis lainnya mengumpulkan telur-telurnya bersama-sama dalam satu sarang (nest) dan menjaga telurnya sampai menetas. 

Ada juga induk ikan yang melindungi anak-anaknya dengan cara menyimpannya di dalam mulut dengan sesekali dikeluarkan, hingga anak-anaknya cukup kuat bertahan hidup dan mencari makanannya sendiri.  Menurut Roberts (1989), pemeliharaan telur dan anak di dalam mulut ini dikenal pada 6 suku di seluruh dunia, dan di Kalimantan Barat Indonesia memiliki contoh yang paling banyak, yaitu 11 jenis dalam 6 suku - termasuk ikan arwana atau tangkalasa (Scleropages formosus).  Ikan air tawar lainnya yang juga merawat anak di dalam mulutnya sangat dikenal di kalangan pembudidaya ikan, yakni ikan nila (Oreochromis niloticus)  dan ikan mujair (Oreochromis niloticus).

Terakhir juga ada lagi pola reproduksi yang benar-benar baru ditemukan pada Xenopoecilus di danau Poso dan danau Lindu, pulau Sulawesi.  Ikan betina jenis ini menggendong kelompok telurnya didukung oleh sirip perut dan setiap telur diikat oleh 10-20 filamen yang menempel pada perutnya.  Pada saat pembiakan, bentuk perut ikan ini mencekung secara menyolok untuk menampung telur-telurnya.  Model "perkembang biakan" dengan cara "menempelkan pada sirip perut" ini diusulkan menjadi nama cara pembiakan yang baru (Kottelat, 1990a).


C.   Pembuahan dan Perkembangan Embrio



Meskipun telur telah dibuahi (fertillized eggs), namun dalam lingkungan aslinya di perairan alami sebagian besar tidak dapat bertahan hidup hingga menjadi dewasa apabila tidak berada di bawah kondisi lingkungan yang baik.  Ancaman terhadap kelangsungan hidup telur di alam cukup kompleks, dapat meliputi perubahan suhu dan kandungan oksigen dalam air, banjir dan sedimentasi, hingga predator dan penyakit.  Faktor adanya pencemaran akibat kegiatan di daratan seperti masuknya pestisida dan logam berat serta nutrien dan proses eutrofikasi telah dibuktikan juga dapat menghambat perkembangan embrio dalam telur yang menyebabkan matinya embrio.

Telur ikan yang embrionya telah mati sangat mudah dikenali secara kasat mata dari warnanya yang putih keruh.  Sebaliknya telur yang masih hidup dan embrionya berkembang dapat dikenali dari warnanya yang bening (transparan) dan dalam beberapa jam menampakkan titik berwarna hitam yang menunjukkan sudah mulai terbentuknya organ mata.





















Daftar Pustaka
  1. Kottelat, M.  1990a.  Synopsis of the andangered Buntingis (Osteichthyes :  Adrianichthyidae and Oryziidae) of Lake Poso, with a new reproductive guild and descriptions of the three new species.  Ichthyol. Expl. Preshwaters, 1:49-67). 
  2. Roberts, T.R.  1989.  The freshwater fishes of western Borneo (Kalimantan Barat, Indonesia).  Calif. Acad. Sci. Mem,   14:1-210.